Para ilmuwan telah menemukan spesies baru ikan siput di bagian terdalam lautan, Palung Mariana. Ikan kecil transparan ini berukuran sebesar bola golf dan diberi nama Pseudoliparis swirei. Ayo bagi anda yang ingin memutarkan uang anda dan ingin cepat mendapatkan keuntungan, ayo mampir ke Aladdin slot dan dapatkan keuntungan secara cepat segera.
Palung Mariana terletak di Samudra Pasifik bagian barat, dan dengan kedalaman hampir 36.000 kaki, itu adalah bagian terdalam dari lautan Bumi yang diketahui. Tekanan di kedalaman itu lebih dari 1.000 kali di permukaan, dan suhu berkisar di sekitar titik beku.
Para peneliti dari Universitas Newcastle di Inggris, Universitas Washington, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Alam di Philadelphia menggunakan pendarat laut dalam untuk menangkap spesies baru di depan kamera. Pendarat tersebut memiliki sistem kamera yang dapat menahan tekanan ekstrem dan suhu rendah, memungkinkan para peneliti untuk menangkap rekaman ikan siput berkualitas tinggi di habitat aslinya.
Penemuan Pseudoliparis swirei sangat penting karena merupakan ikan dengan kedalaman terdalam yang pernah ditemukan. Pemegang rekor sebelumnya adalah Haplophryne mollis, ikan siput yang ditemukan pada 2014 di kedalaman 26.200 kaki. Spesies baru ini telah ditemukan di kedalaman 26.722 kaki.
Para peneliti percaya bahwa kulit transparan dan tubuh agar-agar ikan siput membantunya menahan tekanan tinggi dari laut dalam. Ikan ini juga memiliki gaya berenang yang unik, di mana ia mengepakkan siripnya untuk bergerak ke atas dan ke bawah, bukan dari sisi ke sisi, memungkinkannya menghemat energi di perairan yang dalam dan gelap.
Penemuan Pseudoliparis swirei hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak spesies baru yang ditemukan di kedalaman laut. Terlepas dari tantangan menjelajahi lingkungan ekstrem ini, para ilmuwan terus membuat penemuan inovatif yang memperluas pengetahuan kita tentang lautan dan makhluk yang hidup di dalamnya.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi para peneliti saat mempelajari ekosistem laut dalam adalah kesulitan dalam mengakses lingkungan yang terpencil dan tidak ramah ini. Namun, kemajuan teknologi dan peralatan memungkinkan para ilmuwan untuk menjelajahi wilayah ini secara lebih menyeluruh.
Misalnya, kendaraan bawah air tak berawak (UUV) menjadi semakin canggih, memungkinkan para ilmuwan mengumpulkan data dan sampel dari laut dalam tanpa perlu penyelam manusia. Kamera beresolusi tinggi, sistem sonar, dan sensor lainnya dapat dipasang pada kendaraan ini, memberikan informasi terperinci kepada peneliti tentang dasar laut dan makhluk yang menghuninya.
Selain mempelajari spesies baru, para ilmuwan juga mengeksplorasi potensi penggunaan organisme laut dalam untuk penelitian biomedis dan aplikasi lainnya. Banyak organisme laut dalam menghasilkan bahan kimia dan senyawa unik yang dapat berguna untuk mengembangkan obat baru atau produk lain.
Sebagai contoh, para ilmuwan telah mengidentifikasi bakteri yang ditemukan pada spons laut dalam yang menghasilkan senyawa dengan sifat anti-kanker dan anti-inflamasi yang potensial. Organisme laut dalam lainnya, seperti teripang dan jenis alga tertentu, ditemukan mengandung senyawa yang berguna untuk mengobati berbagai penyakit.
Karena pemahaman kita tentang laut dalam terus berkembang, ada minat yang meningkat untuk melindungi ekosistem yang rapuh ini dari aktivitas manusia yang dapat menyebabkan kerusakan. Penangkapan ikan berlebihan, penambangan laut dalam, dan polusi hanyalah beberapa dari ancaman yang dihadapi ekosistem ini, dan upaya konservasi sangat penting untuk melestarikan sumber daya unik dan berharga yang dikandungnya.
Penemuan Pseudoliparis swirei adalah pengingat akan keragaman luar biasa kehidupan yang ada di lautan, bahkan di lingkungan yang paling ekstrim dan menantang sekalipun. Ketika para ilmuwan terus menjelajahi kedalaman lautan, kemungkinan akan ada lebih banyak penemuan menarik, dengan implikasi potensial untuk kedokteran, industri, dan konservasi.